LAPORAN
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
Senin,
Oktober 2013
Dosen Pembimbing Praktikum :
Adi Riyadhi, Msi
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Bambang
Veery (1112096000005)
Shofia
Fithriani Sanusi (1112096000007)
Shelviana (1112096000029)
Siska
Permata Sari (1112096000014)
Kimia 3 - A
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
I.
TUJUAN
a. Mempelajari sifat-sifat aldehid dan keton
b. Mepelajari
identifikasi uji aldehid dan keton
II.
DASAR TEORI
A.
Deskripsi Aldehid
Aldehid memiliki rumus
molekul RCHO merupakan suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang
terikat pada sebuah atau dua buah atom hydrogen. Nama IUPAC aldehid diturunkan
alkana dengan mengganti akhiran “ana” dengan “al” nama umumnya didasarkan nama
asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran deida. Salah satu reaksi untuk
pembuatan aldehid adalah oksidasi darai alcohol primer. Kebanyakan oksidator tak
dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat.
Oksidasi khrompiridin kompleks seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat berubah alcohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petruci, 1987).
Karbon dan oksigen pada
gugus karbonil berbagi dua pasang electron, namun pembagiannya tidak seimbang.
Negatifitas oksigen lebih besar untuk mengikat pasangan electron, sehingga
kerapatan electron pada oksigen lebih besar dari pada karbon. Karbon lebih
brmuatan positif sedangkan oksigen lebih bermuatan negative. Umumnya aldehid
berfase cair, kecuali fomaldehida yang berfase gas. Aldehid suku rendah
mempunyai bau yang menyengat, sedangkan aldehid suku tinggi yang mempunyai bau
yang enak digunakan untuk parfum dan aroma tambahan. Atom hydrogen pada molekul
air dapat membentuk ikatan hydrogen dengan oksigen pada gugus karbonil sehingga
kelarutan aldehid hamper sama dengan alcohol dan eter (Stanley, 1988 ).
B.
Deskripsi Keton
Keton adalah suatu senyawa organik
yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil,
atau sebuah alkil dengan rumus umum RCOR. Seperti halnya aldehid senyawa keton juga
memiliki IUPAC dan nama umum. Secara IUPAC nama keton adalah turunan alkana
yang akhiran ana diganti on.oleh karena tu disebut dengan alkanon. (Matsjeh,
1993)
Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan
keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua
oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium
khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4)
(Respati, 1986).
C.
Perbedaan dan Persamaan Aldehid dan Keton
-
Perbedaan:
ALDEHID
|
KETON
|
Aldehida dioksidasi menjadi asam
karboksilat. Hampir semua reagensia yang mengoksidasi alcohol juga
mengoksidasi aldehid. Pengoksidasi yang sering digunakan misalnya garam
permanganat dan kromat, selain itu juga dapat digunakan pengoksidasi yang
sangat lembut seperti Ag+ atau Cu2+.
|
Keton tidak mudah dioksidasi
|
-
Persamaan :
1. Aldehida dan keton
merupakan kelompok senyawa organic yang mengandung gugus karbonil. Aldehid
dikenal dengan rumus RCHO, sedangkan suatu keton mempunyai dua gugus alkil yang
terikat pada karbon karbonil dengan rumus RCOR.
2. karena aldehid dan
keton tidak mengandung hydrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat
terjadi ikatan hydrogen seperti pada alcohol. Sehingga titik didih aldehid dan
keton lebih rendah dari alkohol
3. Kepolaran gugus
karbonil menjadikan aldehid dan keton merupakan senyawa polar karena senyawa
ini polar sehingga dapat melakukan tarik menarik dipol-dipol antar molekul yang
menyebabkan titik didih aldehid dan keton lebih tinggi kira-kira 50o-80o
daripada senyawa non polar yang mempunyai bobot molekul sama juga dapat
membentuk gaya tarik menarik elektrostattik yang relative kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative
yang lain (Fessenden, 1997).
4. Panjang ikatan C=O
pada aldehid dan keton adalah 1,24 Å.
5. Gugus karbonil
bersifat polar karena oksigen lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga
electron lebih terikat ke oksigen. Polarisasi pada gugus karbonil menyebabkan
banyak reaksi terhadap senyawa karbonil melibatkan serangan nukleofil pada atom
karbon karbonil.
D.
Identifikasi Addehid dan Keton.
Reaksi-reaksi pada aldehid
dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk
membedakan aldehida dan keton. Aldehida mudah sekali dioksidasi, sedangkan
keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang
sangat lemah, sedangkan reaksi reduksi terbegi menjadi tiga bagian yaitu reaksi
menjadi alcohol, reduksi menjadi hidrokarbon, dan reduksi pinakol. Untuk
mendeteksi adanya aldehid dan keton adalah melalui analisis dengan beberapa uji
misalnya dengan menggunakan :
1. Oksidasi dengan KMnO4
Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam
karboksilat dengan oksidator kuat seperti KMnO4 . Tes positif jika
ion MnO4- ( warna
ungu) berubah menjadi endapan MnO2 ( warna coklat )
2. Uji tollens
Uji tollens adalah salah satu cara dimana
ion kompleks perak ammonia mudah direduksi oleh aldehid menjadi logam perak.
Jika tabung gelas yang digunakan untuk melakukan uji tersebut benar-benar
bersih, maka perak mengendap pada permukaan sebagai cermin. Hal ini terkait
pada percobaan yang dilakukan bahwa pada saat perak nitrat ditambahkan NaOH dan
ammonium hidroksida terdapat endapan cermin perak, hal ini menunjukan bahwa
adanya gugus karbonil dalam pereaksi tollen. Penambahan ammonia berlebih dihindari
agar larutan tidak jenuh.Reaksi dengan pereaksi tollens mengubah ikatan C-H
menjadi ikatan C-O. Aldehida dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan jumlah
atom karbon yang sama. Karena keton tidak mempunyai hydrogen yang menempel pada
atom karbonil, keton tidak dapat dioksidasi dengan pereaksi-pereaksi ini.
Aldehida demikian mudah dioksidasi, sehingga jika ia disimpan lama terdapat
sedikit asam karboksilat sebagai hasil oksidasi udara. Keton dapat dioksidasi
dengan keadaan reaksi yang lebih keras daripada aldehida. Ikatan antara karbon
karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan
jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya.
3. Uji Fehling
Uji fehling dapat direduksi oleh selain
karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Perekasi Fehling adalah
oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali
aldehida.Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling
B. Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling
B adalah larutan garam Kalium Natrium Tartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam
larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk
memeriksa suatu karbohidrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua.Dalam
pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling
dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu²+ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi
Cu2O. Fehling B berfungsi mencegah Cu²+ mengendap
dalam suasana alkalis. Dengan larutan
glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
2 Cu+ + 2 OH- à Cu2O + H2O
Endapan
Uji fehling bertujuan untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Oleh karena itu ,prinsip
kerjanya adalah gravimetric sehingga dengan mudah dapat ditentukan cuplikan
yang mengandung karbohidrat.
4. Tes Benedict
Tes benedict
memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik
dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion
Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan
berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan
pereaksi benedict.
R-CHO + 2Cu2+ 5 OH è R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru merah bata
5. Iodoform
Iodoform merupakan
salah satu haloform yang terbentuk kristal berwarna kuning, dan sedikit larut
dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil
aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut.
Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine
dalam larutan NaOH.
R-C-CH3+ 3 I2+
4NaOH èR-C-ONa + 3 NaI + 3 H2O + CHI3
Metil keton
Iodoform kuning
Untuk pembahasan
ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin dan
natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen
dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup
penting untuk berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme
reaksi.Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul
terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
III.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Rak tabung
- Gelas piala
- Penangas
-
Thermometer
-
Gelas piala
B. Bahan
- KMnO4
- Benzaldehid
- Formaldehid
- Aseton
- Pereaksi tolens *
Tolens A : 3g AgNO3 dalam 30mL aquades
Tolens B : 3g
NaOH dalam 30mL aquades
- Glukosa
- Pereaksi Benedict
- Fehling A
- Fehling B
- NaOH 5 %
IV.
CARA KERJA
A. Oksidasi KMnO4
B. Uji Tolens
C. Uji Fehling
V.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Oksidasi KMnO4
KMnO4
+ Aseton
|
-
|
Tidak erjadi
apa-apa
|
KMnO4
+Benzaldehid
|
+
|
Warna coklat
agak butek dan laruan berminyak
|
KMnO4 +
Formaldehid
|
+
|
Larutan
berwarna coklat kemerahan ( warna betadine )
|
B. Uji Tolens
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Pereaksi
tolens + Aseton
|
Sebelum
dipanaskan
|
↓ hitam
kecoklatan terbentuk cincin agak kuning
|
Setelah dipanaskan
|
Larutan
bening
Ada 2
fasa
Tedapat ↓
coklat diatas dan di bawah larutan
|
|
Pereaksi
tolens + Benzaldehid
|
Sebelum
dipanaskan
|
↓ hitam
kecoklatan terbentuk cincin hitam, larutan keruh
|
Setelah dipanaskan
|
Larutan
keruh berwarna abu-abu
Ada 2
fasa
Tedapat ↓
coklat kehitaman diatas dan di bawah
larutan
|
|
Pereaksi
tolens + Formaldehid
|
Sebelum
dipanaskan
|
↓ hitam
kecoklatan terbentuk cincin hijau, larutan hijau kekuningan
|
Setelah dipanaskan
|
Larutan
berwarna hijau seulas
Ada 2
fasa
Tedapat ↓
hijau kekuningan diatas dan ↓ coklat
di bawah
|
C. Uji Fehling
Sampel
|
Uji
Fehling
|
|
Formaldehid
|
-
|
(larutan
berwarna biru tua)
|
Aseton
|
-
|
(larutan
berwarna biru tua)
|
Benzaldehid
|
-
|
(larutanberwarna
biru tua)
|
Glukosa 2%
|
+
|
(endapan
merah bata, larutan berwarna biru tua)
|
Berdasarkan
hasil pengamaan diatas dapat diketahui bahwa percobaan yang dilakukan adalah identifikasi
senyawa aldehid dan keton.
Percobaan
pertama adalah oksidasi dengan KMnO4 .
sampel yang digunakan adalah formaldehid, benzaldehid dan aseton. Pada percobaan ini senyawa yang termasuk gugus
aldehid akan memberikan hasil positif
yang ditandai dengan menghasilkan endapan coklat karena aldehid ini merupakan
senyawa yang mudah teroksidasi. Pada reaksi antara KMnO4 dengan
formaldehid hasilnya positif direaksikan dengan KMnO4 menghasilkan endapan
coklat MnO2 Larutan berwarna
coklat kemerahan ( warna betadine ).Hasil
oksidasi aldehid dengan KMnO4 ini merubah aldehid menjadi asam karboksilat.
Pada benzaldehida hasilnya positif direaksikan dengan KMnO4 menghasilkan
endapan coklat MnO2 larutan
berwarna coklat kemerahan ( warna betadine ). Sedangkan pada aseton
menghasilkan hasil yang negaif, karena aseton
bukan termasuk kedalam senyawa aldehid, tetapi ia senyawa
keton.
Percobaan
kedua adalah Uji tollen. Uji ini dilakukan untuk membedakan antara aldehid dan
keton. Karena aldehid mudah teroksidasi, sehingga ketika direaksikan dengan
pereaksi tollen akan teroksidasi membentuk endapan Ag yang akan melekat pada tabung
reaksii membentuk cermin perak. Senyawa yang akan diidentifikasi dalam
percobaan ini adalah formaldehid, benzaldehid dan aseton . Pada uji tollens ini
didapat bahwa benzalhid dan formaldehid dapat bereaksi dengan
tollens yang ditandai dengan terbentuknya endapan perak ditabung reaksi.
Hal ini juga menunjukan bahwa sampel-sampel tersebut tergolong aldehid. Sementara
pada saat tollens direaksikan dengan aseton. Tidak terjadi perubahan apa-apa.
Artinya aseton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton. Memang, keton tidak dapat
dioksidasi.Sedangkan fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk
mempercepat reaksi.
Percobaan
yang ketiga adalah Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri
dari campuran kupri sulfat, Na-K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula
pereduksi dan dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan.
Uji
fehling ini digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula pereduksi dalam
karbohidrat. Gula pereduksi adalah karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa
pengoksidasi lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi sebagai
gula pereduksi, karbohidrat harus mempunyai fungsialdehid
atau gugus fungsi hemi asetal yang dapat membuka menjadi aldehid. Dari ketiga
bentuk glukosa, hanya bentuk asiklik yang dioksidasi oleh pereaksi fehling.
Akhiran -osa digunakan dalam tata nama karbohidrat sistematik untuk
menyatakan suatu gula pereduksi (Keenan, 1986).
Dalam
pembahasan ini larutan sample yang diuji adalah formaldehid, aseton,
benzaldehid dan glukosa. Apabila larutan sampel ditambah pereaksi fehling (A+B)
dan kemudian dipanaskan menunjukkan terbentuknya endapan merah kecoklatan maka
larutan sampel tersebut mengandung gula pereduksi karena mengandung gugus
fungsialdehid yang dapat mereduksi pereaksi fehling. Dari 4 larutan
sampel hanya glukosa yang menunjukkan adanya endapan merahbata.
VI.
KESIMPULAN
-
Senyawa aldehid sangat mudah teroksidasi sedangkan senyawa
keton tidak
-
Senyawa yang mempunyai gugus keton: Aseton
-
Senyawa yang mempunyai gugus aldehid: Benzaldehid,
formaldehid
-
Glukosa mengandung gula pereduksi, sedangkan formaldehid,
aseton dan benzaldehid tidak mengandung gula pereduksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organikjilid 3.Jakarta
:Erlangga.
http://kimrani.blogspot.com/2012/11/identifikasi-aldehid-dan-keton.htmla
Tidak ada komentar:
Posting Komentar